Berikan masukan, kritik, saran, dukungan, berita, laporan warga + apa aja dech yg perlu di ketahui ame warga Depok ke email : walikotagaul@yahoo.com

Jumat, 12 Maret 2010

Surat terbuka untuk Pak Walikota



Oleh : Dodi Esvandi

Bapak Walikota Depok yang saya hormati. Sebelumnya perkenankanlah saya mengucapkan selamat dan memberikan semangat kepada Bapak, karena beberapa waktu belakangan, Bapak terus berusaha meningkatkan kebersihan dan keindahan di kota ini, demi cita-cita meraih Piala Adipura.

Saya ucapkan salut atas semua usaha dan tekad Bapak, yang terlihat sangat berambisi mendapatkan penghargaan dan simbol kota terbersih, yang terakhir di raih oleh Depok lebih dari satu dekade silam, yakni pada tahun 1997 lalu.

Beberapa hari yang lalu misalnya, koran ini memberitakan tentang bagaimana Bapak melarang warga Depok untuk membakar sampah, dan meminta mereka untuk memilah antara sampah organik dan anorganik.

Kemudian koran ini kemarin juga memberitakan tentang aparat penegak Perda, yakni Satpol PP Kota Depok, yang melakukan penertiban terhadap ratusan pedagang kaki lima yang ada di sepanjang Jl Dewi Sartika dan di depan Pasar Cisalak.

Bapak Walikota, semua usaha yang Bapak lakukan untuk meraih Piala Adipura itu adalah hal yang bagus. Namun sepertinya Bapak melupakan beberapa hal, dan sebagai warga Depok yang baik, saya merasa perlu mengingatkan itu.

Saat kecil dulu, ibu saya sering mengingatkan, agar saya terus belajar setiap hari dengan rajin. Orang tua saya bilang “ “Kamu harus belajar yang rajin, supaya kamu pintar, bukan karena takut di marahi siapa-siapa”

Sementara guru ngaji saya di masjid juga sering memberikan nasihat kepada saya, untuk senantiasa rajin melakukan shalat lima waktu. “Shalat itu gunanya untuk kamu sendiri. Jangan kamu shalat karena kamu takut di marahi dan di suruh orang tua” demikian nasihat guru mengaji saya tersebut.

Bapak Nur Mahmudi, terkait usaha Bapak lakukan meraih Piala adipura, saya tiba-tiba teringat dua nasihat yang pernah disampaikan oleh ibu dan guru mengaji saya itu. Ada kesamaan antara usaha yang Bapak lakukan, dengan nasihat tersebut.

Beberapa waktu belakangan, Bapak tiba-tiba gencar mengampanyekan masalah kebersihan. Segala unsur dilakukan, mulai dari menggusur para pedagang para pedagang kecil di pinggir jalan, hingga kemudian melarang warga untuk membakar sampah.

Dalam pandangan saya yang masih bodoh ini, usaha Bapak tersebut merupakan hal yang sia-sia. Mengapa? Karena tidak ada keikhlasan dalam usaha tersebut.

Ibarat anak kecil yang disuruh shalat oleh orang tuanya, Bapak melakukanya bukan karena melihat shalat itu sebagai ibadah, tapi karena takut diamarahi.

Begitu juga saat Bapak berusaha membersihkan dan menata kota ini, semua di lakukan bukan karena Bapak ingin melihat kota ini indah dan tertib, tapi semata-mata karena Bapak berambisi meraih Piala Adipura, yang hampir lima tahun masa jabatan Bapak, belum sekalipun berhasil di raih.

Menurut saya, kalau tekad meraih Adipura di landasi hal tersebut, yakni takut di caci dan di marahi oleh masyarakat, dan di anggap gagal mendapatkan Adipura selama 5 lima tahun terakhir, saya yakin sampai kiamat pun Bapak menjadi Walikota, tidak akan pernah berhasil meraih penghargaa tersebut.

Bapak walikota yang terhormat, usaha apapun yang kita lakukan hendaknya dilandasi niat yang ikhlas, bukan karena keterpaksaan. Penataan kota ini menjadi bersih dan indah pun, semestinya juga di lakuakn karena keikhlasan, bukan karena keterpaksaan agar mendapatkan Adipura.

Menata PKL

Mungkin hari ini Bapak bisa mengusir dan membongkar lapak para pedagang kaki lima dan PKL di pinggir jala. Tapi siapa yang bisa menjamin,esok hari mereka tidak kembali ke tempat tersebut?

Mungkin hari ini Bapak bisa melarang warga untuk membakar sampah. Tapi siapa yang bisa menjamin, esok tidak ada warga yang membuang sampah di Kali Ciliwung?

Bapak Nur Mahmudi yang budiman, saya tidak merasa skeptis dengan usaha yang sudah anda lakukan, termasuk dengan memasang berbagai spanduk berisi imbauan dan jargon dari para organisasi perangkat daerah (OPD), yang bertekad meraih Piala Adipura tahun ini.

Namun saya melihat usaha yang anda lakukan untuk meraih Adipura, benar-benar hal yang lucu. Di satu sisi tidak ada usaha kongkrit yang lebih bermanfaat.

Misalnya bagaimana agar anda memikirkan para PKL dan pedagang kecil tidak lagi berjualan di pinggir jalan. Tidak pernah ada usaha yang baik untuk membina mereka dengan baik. Yang ada hanya penertiban dan main kucing-kucinga antara PKL dan aparat Bapak.

Alangkah lebih baiknya jika kemudian Bapak memikirkan untuk menyediakan sebuah tempat yang menjadi pusat PKL, agar tidak ada lagi yang berjualan di pinggir jalan.

Saya rasa, hal itu jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat, daripada Bapak membagi-bagikan mobil mewah jenis Nissan Grand Livina kepada para Muspida, yang satu unitnya berharga sekitar Rp200 juta.

Hal itu juga jauh lebih berguna daripada Bapak membeli mobil mewah jenis Mitsubishi Pajero Sport sebagai mobil dinas, yang harganya sekitar Rp450 juta, padahal mobil dinas Bapak yang lama, yakni Ford Everest senilai Rp400 juta , masih sangat layak di gunakan.

Alangkah bijaksaanya jika semua anggaran pembelian kendaraan itu, di gunakan untuk penataan para PKL dan pedagang kaki lima, agar mereka jadi tertib dan rapi. Jadi tidak sekedar menertibkan atau mengusir mereka dari pinggir jalan.

Bapak Walikota yang terhormat, maafkanlah jika surat saya ini terkesan menggurui. Sama sekali tidak ada niatan di hati untuk menggurui atau mengajarkan Bapak. Semua uneg-uneg ini saya sampaikan semat-mata karena kecintaan saya terhadap kota ini.

Akhir kata, saya selalu berdoa agar semua usaha yang Bapak lakukan berhasil, dan tekad meraih Adipura diridhai oleh Allah SWT. Semoga keinginan itu bisa tercapai. Wassalam.

-------------------

*) Penulis adalah Wartawan Monitor Depok

Sumber : Harian Monitor Depok, Kamis 11 Maret 2010, Rubrik OPINI halaman 6

1 komentar:

PEMILUKADA DEPOK 2010 mengatakan...

SALAH BESAR.. Lihat Prestasinya sejak tahun 2005 lalu.. caranya cari di google.. keyword PRESTASI KOTA DEPOK